Sunday, July 13, 2014

Ratna Sofiana Owner Jogja Smart Bimbingan Belajar

Siapa sangka keterbatasan membuatnya makin kreatif, bukannya malah berhenti ditengah jalan akan tetapi ia justru terus melaju untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang sarjana yang berprestasi dan memiliki penghasilan sendiri dari lembaga bimbingan belajar yang didirikannya di Jogyakarta tanpa harus mengandalkan kiriman orang tuanya di kampung halaman.

Dengan dalih belum genap berusia 17 tahun saat lulus aliyah, Ratna Sofiana alumni Attanwir tahun 2008 ini tidak diizinkan orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Akan tetapi, karena tidak ingin menganggur pasca lulus aliyah, ia pun akhirnya memutuskan untuk belajar bahasa Inggris terlebih dahulu di Pare, Kediri selama kurang lebih setahun. Berbekal keahliannya dalam bahasa asing tersebut, akhirnya Ratna mendapatkan tawaran untuk mengajar di salah satu SMA swasta yang ada di Grobogan, Jawa Tengah.

Thursday, May 22, 2014

Ahmad Miftahul Fauzi, Seniman Pemenang INDOfest Inaugural Invitation Art Award 2014

Bakat seninya boleh dibilang mulai tampak semenjak ia mengikuti extrakurikuler kaligrafi semasa masih berstatus siswa di Attanwir. Bahkan, saat itu ia juga termasuk salah seorang pengurus ekstra kurikuler tersebut yang memang konsen dalam pengembangan seni bagi para siswa Attanwir, terutama seni lukis kaligrafi yang menjadi progam unggulan madrasah untuk mendulang berbagai macam piala dan penghargaan bagi lembaga. Lalu, bagaimana ceritanya, Ahmad Miftahul Fauzi, alumni Attanwir tahun 2005 ini berhasil berprestasi di dunia Internasional dan menjadi pemenang dalam INDOfest Inaugural Invitation Art Award 2014. Berikut, kisah lengkapnya!

Bercita-cita menjadi seorang seniman, Fauzi sapaan akrab Ahmad Miftahul Fauzi lebih memilih seni rupa sebagai jurusannya saat kuliah di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) selepas lulus dari Attanwir. Hal tersebut berbanding lurus dengan aktifitasnya selama masih berstatus siswa di Attanwir yang memang gemar melukis. Kini, hobinya tersebut bukan saja hanya menghasilkan karya, tapi juga sudah melahirkan sebuah prestasi yang cukup prestisius di kalangan para seniman, khususnya para seniman Indonesia dan Australia dimana ajang tersebut diperuntukan.

Tuesday, May 13, 2014

Nidhomatum Mukhlisotur Rohmah Redaktur Pelaksana Situs Berita Online


Mengawali karir sebagai reporter di media kampus semasa masih kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya yang kini telah berganti nama menjadi UINSA Surabaya membuatnya dipercaya untuk menjadi redaktur pelaksana atau editor berita pada sebuah situs berita online ternama di Bojonegoro. Lalu, bagaimana ihwal mulanya, lulusan terbaik kedua Tafsir Hadits Fakultas Ushuludin IAIN Surabaya tahun 2011 ini menapaki karir jurnalistiknya di situs berita online. Berikut profil singkat Nidhomatum Mukhlisotur Rohmah, alumni Attanwir tahun 2007.

Berasal dari keluarga sederhana tak membuat langkahnya terhenti begitu saja untuk terus dapat menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut dibuktikannya saat hendak lulus dari Attanwir. Saat itu, selepas Ujian Nasional sebagian teman seangkatannya sudah menentukan kemana mereka akan melanjutkan pendidikan sarjananya. Sementara itu, ia sendiri masih dalam kegalauan yang teramat sangat karena keterbatasan ekonomi yang dialami keluarganya tak memungkinkan untuk dapat membiayai cita-citanya tersebut. Namun, berkat kegigihannya dalam berikhtiar, ia pun dapat melanjutkan pendidkan sarjananya tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.

Saturday, May 10, 2014

Afifatul Munjidah, Menangkan Dua Penghargaan di Festival Colour of The World Malaysia Bersama Rampoe UGM



Dapat memperkenalkan dan menampilkan budaya Indonesia di kancah Internasional merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Terlebih lagi, apa yang telah ditampilkan tersebut mendapat aspresiasi yang lebih. Dua penghargaan sekaligus dapat diraihnya bersama Rampoe UGM, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta tempatnya melanjutkan pendidikan formal selepas lulus dari MA Islamiyah Attanwir pada tahun 2013 kemarin.

Monday, April 28, 2014

Miftachul Munif Manager Quality Control Research and Development



Segelas atau sebotol air mineral dalam kemasan (AMDK) tidak begitu saja disajikan langsung dari sumber mata airnya. Akan tetapi, ada proses dan tahapan tertentu yang harus dilakukan sehingga produk tersebut layak dikonsumsi oleh masyarakat. Lalu, apa saja proses yang harus dilalui dan siapa yang bertanggungjawab atas hal tersebut? Berikut profil singkat Miftachul Munif, alumni Attanwir tahun 2007 yang bekerja di salah satu perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Tertarik dengan pelajaran Biologi semenjak masih duduk di bangku Aliyah, membuatnya bercita-cita untuk dapat kuliah pada jurusan yang sama dengan minatnya tersebut. Dengan tekad yang bulat dan semangat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Munif pun mantap mendaftarkan diri ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di Malang. Ternyata, apa yang dicita-citakannya selama di Aliyah menjadi kenyataan dan akhirnya ia benar-benar dapat diterima pada jurusan Biologi, konsentrasi mikrobiologi industri selepas lulus dari Attanwir pada tahun 2007.

Thursday, April 24, 2014

Umi Khorirotin Nasichah Konselor P2TP2A Kabupaten Malang



Menjadi seorang konselor atau penyuluh di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) tentunya bukanlah cita-cita masa kecilnya. Terlebih lagi, pekerjaan yang ia lakukan saat ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan jurusan Matematika yang ia pilih saat kuliah di UIN Maliki Malang. Lalu, bagaimana ceritanya Umi Khorirotin Nasichah, alumni Attanwir tahun 2007 ini lebih konsen ke ilmu psikologi dan hukum dari pada matematika yang menjadi jurusannya saat kuliah. Yuk, kita simak profil singkatnya berikut ini.

Merantau ke kota kembang dan kuliah di salah satu PTN ternama di Malang menjadi pilihannya pasca lulus dari Aliyah. Disana, wanita yang berasal dari Desa Ngemplak Kecamatan Baureno ini memilih jurusan Matematika di Fakultas Saintek UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan harapan seuasai lulus nanti minimal akan menjadi seorang guru seperti kebanyakan alumni lainnya. Namun, harapan masa lalunya tersebut akhirnya tak pernah terealisasi. Sebab, karena keaktifannya mengikuti dan mempelajari isu-isu perempuan dan anak selama menjadi aktifis PMII ini telah mengantarkannya menjadi Konselor di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Malang.

Monday, April 21, 2014

Siti Masulah Perwakilan Jawa Timur Di Pentas Nasional



Menjadi wakil Jawa Timur di pentas Nasional, tentunya merupakan sebuah kebanggaan dan pengalaman yang tak mungkin bisa dilupakan. Terlebih lagi, saat itu ia adalah satu-satunya perwakilan Bojonegoro yang lolos dan berhak mewakili Jawa Timur dalam dua program kepemudaan, Jambore Pemuda Indonesia (JPI) dan Bakti Pemuda Antar Provinsi (BPAP) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tahun 2011 bersama 23 orang pemuda lainnya dari seluruh pelosok Jawa Timur. Selama mengikuti program tersebut, tentunya banyak sekali cerita dan pengalaman-pengalaman menarik yang sekiranya patut ia bagikan. Untuk itulah alumniattanwir.blogspot.com sengaja menampilkan profilnya sebagai inspirasi dan motivasi bagi para pembaca sekalian untuk berprestasi. Khususnya, bagi Anda para remaja yang saat ini masih duduk dibangku sekolah maupun Perguruan Tinggi. Berikut profil singkatnya! 

Thursday, April 17, 2014

Uun Nasikhun Dari Attanwir Sampai Al Azhar, Kairo, Mesir



Sempat mengenyam pendidikan informal bahasa Inggris selama setahun di Pare, Kediri pasca lulus dari Attanwir, Uun Nasikhun tak pernah berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Terlebih lagi, menjadi mahasiswa di salah satu universitas tertua dan ternama di dunia, Al Azhar University, Kairo, Mesir. Keberuntungannya tersebut berawal dari kebimbangan hatinya menjelang studi akhirnya saat di Pare. Waktu itu, Uun mendapat tawaran untuk mengajar di beberapa lembaga pendidikan sebagai guru bahasa Inggris. Namun, sang Ibunda, Hj. Niswatin tidak berkenan apabila anak keduanya tersebut langsung menjadi guru. Ibundanya lebih ridho apabila ia melanjutkan belajarnya ke jenjang S1 dan menjadi seorang sarjana terlebih dahulu. Saat itulah, ia mendapatkan informasi dari teman kursusnya selama di Pare bahwa ada tes masuk perguruan tinggi di Mesir. Ternyata, perguruan tinggi yang di maksud tersebut adalah  Al-Azhar University.

Dari informasi tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk mencobanya dengan mengikuti serangkaian ujian masuk Al Azhar University melalui perwakilannya di Indonesia. Diantaranya yakni, tes tulis yang meliputi pembahasan qowaidhul lughoh, fiqh dan mengarang. Sementara untuk tes selanjutnya berupa hafalan Qur’an satu juz awal serta muhadasah.

Saturday, March 29, 2014

Muhammad Ali Murtadlo Calon Praktisi Hukum Islam yang Hobi Menulis dan Mendaki Gunung



Kegemarannya menulis memanglah belum terlalu lama. Akan tetapi, dalam kurung waktu yang relatif singkat tersebut karya-karyanya berupa artikel, opini, esay, resensi, maupun puisi sudah sering dimuat oleh beragam media massa. Mulai dari bulletin, koran maupun portal berita online sudah pernah mempublikasikan tulisan-tulisannya. Siapa lagi kalau bukan Muhammad Ali Murtadlo, alumni Attanwir tahun 2010 yang kini tengah menempuh studi akhirnya di UINSA Surabaya ini mengawali kegiatan menulisnya pada semester kedua masa belajarnya sebagai mahasiswa. Saat itu, dia termotivasi oleh tulisan temannya yang sering nongol di media massa. Tak ingin kalah dengan temannya tersebut, akhirnya dia pun melakukan langkah serupa yakni, menulis

Monday, March 24, 2014

Arif Habibullah, Manajer Voice of Attanwir (VOA) Radio


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Halo mitra pendengar sekalian dimanapun Anda berada. Jumpa lagi dengan saya, Kocep Saputra pada edisi siar pagi hari ini masih dengan program SAMI (Sajian Musik Islami) Voice of Attanwir FM yang dipancarluaskan dari komplek kampus Attanwir, Talun, Sumberrejo, Bojonegoro.

Begitulah kiranya gambaran rutinitas sehari-hari yang dilakukan oleh Arif Habibulah, Alumni Attanwir tahun 2004 yang saat ini mengabdi untuk mengelola Voice of Attanwir (VOA), sebuah radio komunitas yang telah berdiri sejak tahun 2009 di bawah naungan yayasan pondok pesantren Attanwir Talun. Pria yang dikenal dengan nama Kocep Saputra saat mengudara lewat radio ini mengatakan, awal mula terjun ke dunia broadcasting karena panggilan hati dan kecintaannya pada dunia elektronik. Saat itu, Voice of Attanwir (VOA) baru awal-awal berdiri dan tidak memiliki manajemen yang jelas terkait dengan pengelolaan dan program-programnya. Kebetulan, saat awal-awal VOA berdiri dia juga berdomisili di Attanwir sebagai pengelola toko kitab “Al-As’ady” milik salah satu pengurus yayasan. Di sela-sela kesibukannya mengelola toko kitab tersebut, ia sempatkan waktu beberapa jam untuk nimbrung sebagai penyiar pada radio yang mulanya bernama Gema Suara Attanwir tersebut. Akhirnya, karena di pandang mampu untuk mengelola stasiun radio tersebut, dirinya oleh Gus Nafik sapaan akrab Drs. H. Nafik Sahal selaku pendiri radio memintanya untuk mengelola radio tersebut dan menjadikannya lebih professional. Praktis, sejak saat itu dia memilih fokus untuk mengelola staisun radio tersebut sampai akhirnya berubah nama menjadi Voice of Attanwir (VOA) hingga saat ini.

Monday, March 17, 2014

Ifrochah Sukses Merintis Usaha dari Nol Hingga Bisa Membeli Rumah


Berbekal uang tiga juta rupiah yang ia kumpulkan dari gajinya semasa masih bekerja di Surabaya  sebagai pembantu rumah tangga (PRT) delapan tahun silam, Ifrochah atau biasa dipanggil dengan sebutan Iif ini, kini sukses mengembangkan usaha prancangan (bumbu dapur) dan mainan miliknya yang berlokasi di dalam pasar Sumberrejo. Dari dua kios yang telah dikelolanya tersebut, satu diantaranya telah resmi menjadi miliknya pribadi sementara satu lainnya masih berstatus kontrak yang mana lokasinya saling berhadap-hadapan dengan nomor kios A-133 dan A-294 di lantai dasar pasar Sumberrejo.

Alumni Attanwir tahun 2002 ini mulai merintis usahanya tersebut semenjak tahun 2006, tepatnya setelah ia menikah dengan Ahmad Hasanuri, lelaki yang hingga saat ini masih setia mendampinginya dalam suka maupun duka. Wanita berparas cantik ini bercerita, saat itu beberapa bulan setelah menikah, suami yang amat dicintainya tersebut tak kunjung juga mendapat pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Akhirnya, berbekal uang tabungan yang telah ia kumpulkan selama menjadi pembantu rumah tangga (PRT) di Surabaya itu ia gunakan sebagai modal awal suaminya untuk berjualan. 

Wednesday, February 12, 2014

Ita Aristia Saida, Dulu di Kelas Non Unggulan, Kini Dia Calon Magister

Meski bukan berasal dari kelas unggulan semasa masih belajar di Attanwir, Ita Aristia Saida atau biasa dipanggil dengan sebutan Tya ini mampu melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang S2. Hebatnya lagi pendidikan pasca sarjananya ini ia dapatkan tanpa kendala berarti dan langsung diterima masuk di program pasca sarjana pendidikan IPS di UNESA berkat keaktifannya dalam mengikuti proyek-proyek di bidang studi sosial, khususnya yang berkaitan dengan bidang ilmu Gografi.

Termotivasi dengan cara mengajar guru geografinya semasa di Attanwir yang dianggapnya begitu menarik, Tya remaja menjatuhkan pilihannya pada bidang ilmu Geografi saat hendak melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Beruntungnya lagi, dia merupakan satu dari dua orang yang terpilih masuk universitas tersebut melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat) yang diselenggarakan oleh pihak universitas.

Thursday, February 6, 2014

Anadiyatul Ulfa Lulus Memuaskan Berkat Ekstrak Dahan Sirsak



Sebuah langkah telah usai
Sebuah cita telah tercapai
Namun……..
Itu bukan akhir dari perjalanan
Melainkan awal dari perjalanan berikutnya
Karena di setiap akhir, datang awal yang baru

Begitulah kiranya apa yang dialami oleh Anadiyatul Ulfa, alumni Attanwir tahun 2009 yang saat ini tengah menunggu moment-moment paling membahagiakan selama empat tahun menempuh jenjang S1nya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan penuh perjuangan. Dara cantik kelahiran Margoagung, Bojonegoro ini menceritakan ihwal studinya yang penuh dengan tantangan sampai akhirnya berhasil menyelesaikan tugas akhirnya dengan hasil cukup menggembirakan.

Berangkat dari latar belakang pendidikan di sekolah agama, memilih kimia merupakan langkah yang cukup berani. Sebab, tak banyak lulusan madrasah yang mau mengambil risiko untuk melanjutkan jenjang S1nya pada ilmu-ilmu umum, terlebih lagi bisa dikatakan kimia adalah salah satu momok yang paling menakutkan siswa saat masih duduk di bangku aliyah. Kebanyakan, mereka mengambil jurusan yang linear dengan background pendidikannya semasa di madrasah dulu. Misalnya saja, Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menjadi pilihan rata-rata lulusan madrasah. Kalau tidak begitu, mereka melanjutkan jenjang S1nya di fakultas sastra maupun fakultas-fakultas lainnya yang tak jauh dengan ilmu-ilmu di madrasah.

Monday, February 3, 2014

M. Nur Hidayat Peraih Wisudawan Terbaik dengan IPK Camlaude

Mengaku pernah tidak mengikuti perkuliahan pada saat hari pertama masuk kuliah gara-gara tidak tahu jadwal perkuliahannya, M. Nur Hidayat alumni Attanwir tahun 2008 ini meraih predikat camlaude saat akhir masa belajarnya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan skripsinya yang berjudul “Otoritas Pemerintah Dalam Penetapan Awal Bulan Qamariyah Perspektif Fiqh Siyasah Yusuf Qhardawi” sekaligus mendapatkan kehormatan untuk diterbitkan menjadi buku di UIN Press.

Meski bertubuh kecil, siapa sangka pria kelahiran Bojonegoro, 24 tahun silam ini dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1 nya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang hanya dalam jangka waktu 3,5 tahun saja. Terlebih lagi, skripsinya yang berjudul “Otoritas Pemerintah Dalam Penetapan Awal Bulan Qamariyah Perspektif Fiqh Siyasah Yusuf Qhardawi” mendapatkan predikat camlaude dari kampusnya tempat ia belajar. 

Monday, January 27, 2014

Usman Roin, Kolumnis Media Massa Lokal dan Nasional

Penulis hebat tidak terlahir secara alami. Penulis hebat lahir dari proses latihan menulis secara terus menerus hingga akhirnya menjadi sebuah perilaku atau kebiasaan. Seperti halnya apa yang dilakukan oleh alumni MA Islamiyah Attanwir tahun 2000, Usman Ro’in. Kini tulisannya telah banyak tersebar di berbagai media massa baik lokal dan nasional.

Siapapun yang mengenalnya sewaktu masih belajar di Attanwir, tentu tidak mengira bahwa Usman Ro’in akan menjadi seorang penulis. Sebab, waktu itu teman-teman seangkatannya hanya mengenal Usman sebagai sosok yang biasa-biasa saja. Tidak ada sesuatu yang sangat menonjol dari pria yang baru saja melepas masa lajangnya pada bulan Oktober 2013 kemarin. Hal tersebut terjadi lantaran kegiatan menulisnya baru dimulai saat dia melanjutkan studinya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Moch. Ni'am Dari Pasuska Sampai Kopassus

Siapa bilang alumni madrasah hanya akan menjadi seorang kyai ataupun guru agama. Lebih dari itu, alumni madrasah juga memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi apapun yang mereka kehendaki apabila ada tekad dan kemauan untuk meraihnya. Salah satunya adalah Moch. Ni’am, Alumni MA Islamiyah Attanwir tahun 2008 yang kini telah meraih impiannya untuk menjadi seorang tentara.

Mengawali pendidikan militernya pada April 2009, Moch. Ni’am atau biasa dipanggil I’am kini telah menjadi seorang TNI. Profesi tersebut memang telah dicita-citakannya semenjak kecil saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Karena cita-citanya tersebut, tak urung membuatnya selalu tertarik dengan hal-hal yang ada kaitannya dengan militer. Mulai dari baju loreng khas tentara, sangkur dan senjata api mainan hingga potongan rambutnya yang tidak pernah berubah dari model potongan rambut seorang prajurit. 

Thursday, January 9, 2014




Download Majalah

Monday, January 6, 2014

Indahnya Belajar Seni Kaligrafi



Bermodalkan selembar kertas lebar dan tebal, serta beberapa peralatan lukis lainnya seperti kuas dan cat air, sebanyak 180 siswa tengah belajar membuat kaligrafi. Mereka begitu tekun dan teliti mempelajari berbagai macam materi dan teori yang diajarkan oleh para tutornya, seperti halnya menulis indah huruf arab (Al-Khot), membuat ornamen serta melukis yang selama ini juga menjadi program unggulan MA Islamiyah Attanwir di bidang ekstrakuler beberapa pekan lalu.
Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh pihak madrasah guna mengisi waktu libur siswa. Selain kaligrafi, ada tiga kegiatan lainnya yang juga dilaksanakan dengan waktu yang hampir bersamaan. Di antaranya yakni, TOT Palang Merah Remaja (PMR), KMD Pramuka, dan Diklat Tata Boga.

Dindik Bina Guru MA/MAN Se-Jatim



Ust. Imam saat mengikuti pelatihan di UPT-PPPK Surabaya
SURABAYA—Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur membina para guru. Sebanyak 200 guru nonkejuruan dilatih ketrampilan di UPT Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kejuruan (PPPK).
Selama sepekan penuh, MA Islamiyah Attanwir yang diwakili oleh Munawar dan Imam Habib Abdullah mengikuti Diklat Ketrampilan bagi guru ketrampilan nonkejuruan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur di gedung UPT. PPPK, Jl. Prof. Moch. Yamin No.25 Kampus UNESA Ketintang, Surabaya, Ahad-Sabtu (17-23/11/13).
Pelatihan yang baru pertama kali diselenggarakan untuk guru ketrampilan nonkejuruan dari MA/MAN se-Jawa Timur ini terbagi menjadi sepuluh kompetensi bidang pengajaran, yakni, Teknis Las, Robotika, Teknik Audio, Overhoul sepeda Motor, Tune Up dan Kelistrikan Sepeda Motor, TataBusana (Membatik), Tata Boga (Aneka Kue), Teknisi Komputer, Desain Grafis dan Ekonomi Koperasi. Dari kesepuluh kompetensi ketrampilan yang diajarkan tersebut, MA Attanwir mendapatkan kesempatan untuk belajar desain grafis bersama 18 orang peserta lainnya dari seluruh penjuru Jawa Timur.

Imronah Nur Latifah, Penulis Novel "Samudra Kesetian"



Menulis itu menyenangkan. Terlebih lagi, kalau tulisan itu berhasil diterbitkan dan dijadikan sebuah buku ataupun novel sehingga dapat dinikmati masyarakat, pastilah akan sangat membanggakan.
Begitulah kiranya apa yang dirasakan alumni Attanwir yang satu ini. Berawal dari hobinya menulis semenjak masih duduk di bangku MTs. Kini, apa yang ia cita-citakan sewaktu masih sekolah dulu akhirnya benar-benar menjadi kenyataan.  Novel pertamanya berhasil terbit dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi dirinya, mengingat bagaimana perjuangannya selama menulis karya tersebut bisa dikatakan sangat berliku dan penuh dengan rintangan.
Imronah Nur Latifah, alumni MA Islamiyah Attanwir tahun 2007 ini benar-benar tahu apa yang menjadi impiannya dan bagaimana cara merealisasikannya. Berbagai macam upaya ia lakukan agar tulisannya tidak hanya menjadi koleksinya pribadi. Akan tetapi, lebih dari itu karya-karyanya dapat pula dinikmati oleh orang lain dalam bentuk cetak dan diterbitkan oleh penerbit.

M. Afifuddin Alumni Attanwir Menangkan Kontes Logo UINSA Surabaya



Berbekal pengalamannya saat mengikuti ekstrakurikuler kaligrafi semasa di Aliyah dulu, alumni MAI Attanwir yang satu ini berhasil memenangkan kontes logo UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya) atau yang dulu lebih dikenal dengan nama IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ketertarikannya dalam dunia desain grafis sebenarnya telah muncul saat dia masih belajar di bangku Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir, Talun, Sumberrejo, Bojonegoro. Karena prestasinya itulah, kini namanya akan selalu dikenang sebagai seseorang pencipta logo salah satu universitas ternama di Indonesia, yakni UINSA Surabaya.
Alumni Attanwir yang satu ini asli kelahiran Bojonegoro, lebih tepatnya Desa Suwaloh Kecamatan Balen. Siapa lagi kalau bukan Moh. Afifuddin Zuhri, lajang tampan yang kini sedang menempuh program pascasarjananya pada jurusan syari’ah di UINSA Surabaya ini mendapatkan ilmu desain grafis secara otodidak, baik dari buku-buku desain grafis, video tutorial yang ada dii situs youtube maupun dari kawan- kawannya dari komunitas desain grafis yang ia ikuti. “Awalnya, saya sempat kesulitan saat baru pertama kali terjun dalam bidang ini, hingga akhirnya saya berhasil menemukan sebuah komunitas desain grafis yang dapat saya jadikan rujukan untuk bertanya segala hal terkait dengan dunia desain,” jelasnya kepada redaksi Majalah Mumtaz.

ALC Cetak Siswa Mahir Berbahasa


Siang itu, para siswa nampak melafalkan kata-kata dan kalimat Bahasa Inggris yang diucapkan oleh tutornya. Mereka begitu antusias dan semangat dalam berlatih mengucapkan bahasa internasional tersebut. Tak jarang sesekali juga terdengar riuh gelak tawa mereka saat mendengar beberapa temannya yang belum mampu mengucapkan kata-kata tersebut secara benar sehingga terdengar aneh dan lucu bagi siapa saja yang mendengarkannya. Meski begitu, para siswa yang belum fasih mengucapkan kata atau kalimat bahasa Inggris tersebut tidak merasa malu. Bahkan, mereka terus mencoba kata atau kalimat tersebut sampai benar-benar bisa dilafalkan secara sempurna.
Begitulah salah satu rutinitas kegiatan yang dilakukan oleh para siswa  yang tergabung dalam Attanwir Language Centre (ALC) bahasa Inggris. Mereka dididik kemampuan bahasa Inggrisnya oleh para tutor yang terdiri dari Imam Ekwanto dan Andik Wahyudi serta beberapa anggota senior.

Aku dan Kimia




Oleh : Muhibbatul Laili
 

Suasana masuk pertama setelah liburan pagi ini terasa begitu berbeda. Entah karena taman di depan kelas yang terlihat kotor dengan daun-daun kering yang berserakan atau cat dinding kelas yang sudah mulai memudar, atau karena hal lain.
Sesampainya di depan pintu kelas, hawa pengap penuh debu menyambutku. Maklumlah sudah lebih dari seminggu tak pernah dibersihkan oleh penghuninya. Di sudut ruangan itu, terlihat beberapa siswa tengah bergerombol sedang mengerjakan sesuatu dengan bahu masih menenteng tas ransel hitam dan fikiran yang masih bertanya-tanya tentang apa yang mereka kerjakan.
What! Ternyata ada tugas kimia. Parahnya, aku lupa belum mengerjakannya. Pelajaran yang setengah mati aku benci. Apalagi guru berkaca mata itu selalu menunjukku untuk maju mengerjakannya di papan tulis. Seketika itu pula, aku langsung pergi menuju tempat dudukku di baris kedua tak jauh dari pintu masuk.

Serunya TOT Palang Merah Remaja Attanwir



Wajah-wajah riang tampak tergambar dari para anggota Palang Merah Remaja (PMR) MA Islamiyah Attanwir. Mereka terlihat begitu antusias mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepalangmerahan Spesialisasi Pertolongan Pertama (PP) yang diselenggarakan selama 4 hari di Aula madrasah setempat, Kamis-Ahad (19-22/12/13).
Pelatihan yang diselenggarakan untuk mengisi liburan semester itu diikuti oleh 135 orang peserta yang terdiri dari 90 orang siswi dan 45 orang siswa kelas XI MA Islamiyah Attanwir. Mereka dididik dengan berbagai ketrampilan terkait dengan pertolongan pertama pada kor ban bencana maupun kecelakaan.

Nikmatnya Belajar Kuliner



Heeeeem…., aneka kue nampak lezat untuk disantap. Warna dan aromanya begitu menggoda bagi siapa saja yang melihatnya. Kue-kue basah tersebut bukanlah buatan para chef professional. Akan tetapi, kue-kue tersebut merupakan hasil olahan para siswi yang tengah belajar membuat aneka macam kuliner kue basah yang biasa dijajakan di pasar-pasar tradisional. Di antaranya seperti kue kukus gula merah, bronies kukus, bolu kukus, putu ayu, pukis dan wingko.
Tutor pelatihan, Nyoya Latri mengatakan sangat senang bisa berbagi ilmu dengan para siswi. Dia berharap apa yang telah diajarkannya dapat dikembangkan lagi oleh para peserta saat di rumah sehingga apa yang telah mereka pelajari selama kursus tidak sia-sia.

KMD Attanwir, Fantastik!



Dalam rangka mengisi libur semester, Gugus depan Pramuka MA Islamiyah Attanwir melaksanakan Kursus Mahir Dasar (KMD) bagi Pembina pramuka bekerja sama dengan Gerakan Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Bojonegoro dan bertempat di halaman madrasah setempat, beberapa pekan yang lalu. Kegiatan yang dibuka langsung oleh ketua Kwarcab Bojonegoro, Drs. H. Hanafi, MM ini diikuti oleh 102 orang peserta yang terdiri dari kelas XI dan XII MA Islamiyah Attanwir.
Dalam sambutannya, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bangkesbangpol dan Linmas Bojonegoro ini mengatakan pramuka adalah kegiatan yang sangat positif bagi seluruh kalangan, terutama bagi pelajar karena dalam Pramuka akan terbentuk sebuah mental yang berkarakter. “Di Pramuka, kita diajari disiplin, tegas, tak mudah menyerah dan bertanggungjawab” terangnya.

Lomba P4B Attanwir Ramai Peserta



Tak sembarang orang berani tampil di depan umum, apalagi berpidato dengan beragam bahasa. Akan tetapi, hal tersebut mampu dilakukan  oleh para pelajar tingkat MTs/SMP dan MA/SMA dari berbagai madrasah dan sekolah yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Mereka terlihat begitu percaya diri saat berbicara dalam berbagai bahasa pada lomba Pidato Empat Bahasa (LP4B) yang diselenggarakan oleh Persatuan Pengurus Madrasah (PPM) MA Islamiyah Attanwir, Talun, Sumberrejo, Bojonegoro yang bertempat di aula madrasah setempat, Ahad (17/11/13).

Pemimpin Itu Amanah dan Harus Ikhlas



Penampilannya kalem, tapi siapa yang menyangka gadis manis kelahiran 17 tahun silam ini adalah seorang ketua PPM (Persatuan Pelajar Madrasah) di MA Islamiyah Attanwir Talun, Sumberrejo, Bojonegoro periode 2013 – 2014. Lutfi, begitu panggilan akrabnya, putri sulung dari pasangan Nur Hadi dan Siti Khotimah ini lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan madrasah. Bahkan, terkadang tak jarang dia harus menginap di madrasah apabila sedang ada kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak Madrasah maupun oleh PPM sendiri. Begitulah rutinitasnya sehari-sehari, selain menjadi seorang siswi yang sedang menempuh pendidikan di jenjang Madrasah Aliyah, di lain kesempatan dia juga harus menjadi pemimpin di organisasi intra madrasah yang kini sedang diembannya.

Menengok Sisi Unik Pelaksanaan UAS di Attanwir



Memasuki bulan keenam semester ganjil 2013-2014, seluruh lembaga pendidikan baik negerii maupun swasta tengah sibuk melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS), tak terkecuali MTs dan MA Islamiyah Attanwir yang juga melakukan hal serupa. Tapi tak seperti lembaga pendidikan pada umumnya, di Attanwir proses ujian dilaksanakan lebih lama serta dengan sistem pelaksanaan ujian yang agak berbeda. Kalau di madrasah lain, rata-rata pelaksanaan ujian hanya seminggu sedang kan di Attanwir pelaksanaan UAS bisa sampai setengah bulan. Hal itu terjadi lantaran MTs dan MA Islamiyah Attanwir menerapkan sistem ujian lisan (Al Imtihanus Syafahi) bagi para peserta didiknya  sebagai syarat yang harus dipenuhi sebelum mereka mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) serta menambahkan beberapa muatan lokal yang turut diujikan di dalam UAS.

Ujian Lisan, Perkuat Mental Siswa dalam Belajar



Akhir November, lingkungan Pondok Pesantren Attanwir terlihat begitu ramai tak seperti biasanya. Para pelajar terlihat hilir mudik dari satu ruang ke ruang lainnya, dari gedung satu ke gedung lainnya. Namun, ada juga yang bergerombol membentuk kumpulan-kumpulan kecil di depan tiap-tiap kelas. Mereka nampak serius dengan buku yang dipegangnya. Ada yang terlihat menghafal, mencoba menerjemahkan dan berbagai kegiatan lain yang berkaitan dengan belajar. Mereka bukannya sedang mendapatkan hukuman dan harus belajar di luar kelas. Bukan pula,karena ruang kelas sedang direnovasi. Akan tetapi, para pelajar tersebut memang tengah menungu giliran masuk untuk diuji oleh masing-masing penguji yang terdiri dari asatidz dan sebagian siswa senior yang biasa disebut dengan Al imtihanus Syafahi (Ujian Lisan).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes