Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarokatuh. Halo mitra pendengar sekalian dimanapun Anda berada. Jumpa lagi
dengan saya, Kocep Saputra pada edisi siar pagi hari ini masih dengan program
SAMI (Sajian Musik Islami) Voice of Attanwir FM yang dipancarluaskan dari
komplek kampus Attanwir, Talun, Sumberrejo, Bojonegoro.
Begitulah kiranya gambaran
rutinitas sehari-hari yang dilakukan oleh Arif Habibulah, Alumni Attanwir tahun
2004 yang saat ini mengabdi untuk mengelola Voice of Attanwir (VOA), sebuah
radio komunitas yang telah berdiri sejak tahun 2009 di bawah naungan yayasan
pondok pesantren Attanwir Talun. Pria yang dikenal dengan nama Kocep Saputra
saat mengudara lewat radio ini mengatakan, awal mula terjun ke dunia
broadcasting karena panggilan hati dan kecintaannya pada dunia elektronik. Saat
itu, Voice of Attanwir (VOA) baru awal-awal berdiri dan tidak memiliki
manajemen yang jelas terkait dengan pengelolaan dan program-programnya. Kebetulan,
saat awal-awal VOA berdiri dia juga berdomisili di Attanwir sebagai pengelola
toko kitab “Al-As’ady” milik salah satu pengurus yayasan. Di sela-sela
kesibukannya mengelola toko kitab tersebut, ia sempatkan waktu beberapa jam
untuk nimbrung sebagai penyiar pada radio yang mulanya bernama Gema Suara
Attanwir tersebut. Akhirnya, karena di pandang mampu untuk mengelola stasiun
radio tersebut, dirinya oleh Gus Nafik sapaan akrab Drs. H. Nafik Sahal selaku
pendiri radio memintanya untuk mengelola radio tersebut dan menjadikannya lebih
professional. Praktis, sejak saat itu dia memilih fokus untuk mengelola staisun
radio tersebut sampai akhirnya berubah nama menjadi Voice of Attanwir (VOA)
hingga saat ini.
“Awalnya, minat saya adalah segala
hal yang berkaitan dengan elektro hingga akhirnya Attanwir mendirikan sebuah
staisiun radio sendiri. Sejak saat itulah, saya tertarik pada dunia
broadcasting yang masih nyambung dengan hobi awal saya di bidang elektro”
akunya.
Merasa masih awam dalam dunia
broadcasting tersebut, dia pun tak segan-segan untuk bertanya kepada para
penyiar senior maupun pengelola-pengelola stasiun radio lainnya yang ada di
kawasan Bojonegoro dan sekitarnya. Lambat laun, usahanya pun berbuah hasil,
banyak masukkan yang ia dapatkan terkait bagaimana mengelola sebuah stasiun
radio yang baik dan disukai oleh pendengar. Tak ayal, karena keuletannya
tersebut beberapa sponsorpun ia dapatkan demi menjaga keberlangsungan stasiun
radionya agar tetap eksis.
Untuk menggaet sponsor, pria yang
dulu aktif di pramuka ini mengatakan pihaknya menggunakan sistem jemput bola.
Dimana, dia dan timnya terjun langsung kepada calon pemasang iklan potensial
yang ada di kawasan Bojonegoro dan sekitarnya dengan menawarkan berbagai macam
paket iklan yang bisa dipilih oleh calon pengiklan. Setidaknya, ada tiga tipe
iklan yang ia tawarkan, diantaranya yakni, paket ekonomi,paket bisnis dan paket
premium.
Karena mengelola radio komunitas,
banyak juga kendala yang ia dapatkan. Salah satunya yakni penyegelan VOA oleh
Kominfo Bojonegoro karena belum memiliki legalitas penyiaran. Akan tetapi,
masalah tersebut sudah bisa teratasi dan VOA bisa mengudara kembali meskipun
legalitas penyiaran belum ia kantongi.
“Dulu sempat disegel oleh kominfo
terkait dengan masalah perijinan dan itu bukan hanya dialami oleh VOA saja.
Akan tetapi beberapa stasiun radio yang ada di Bojonegoro juga mendapatkan
masalah yang sama” terangnya.
Namun, seiring berjalannya waktu,
stasiun-stasiun radion yang sempat di segel akhirnya dapat beroperasi kembali
dengan berbagai ketentuan, salah satunya adalah VOA.
Terakhir, saat di tanya sampai
kapan dia akan berkarir di dunia broadcasting. Pria yang beralamat asli di
Selorejo Baureno ini hanya tersenyum kecil. “wah, ndak tahu ya, akan sampai
kapan. Selama saya enjoy tentunya ya jalan terus” jawabnya dengan sedikit
tertawa.
2 comments:
Semoga Anda berkenan
alhamdulillah,sukses buat mas kocep,
Post a Comment