Segelas atau sebotol air mineral
dalam kemasan (AMDK) tidak begitu saja disajikan langsung dari sumber mata
airnya. Akan tetapi, ada proses dan tahapan tertentu yang harus dilakukan
sehingga produk tersebut layak dikonsumsi oleh masyarakat. Lalu, apa saja
proses yang harus dilalui dan siapa yang bertanggungjawab atas hal tersebut?
Berikut profil singkat Miftachul Munif, alumni Attanwir tahun 2007 yang bekerja
di salah satu perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Tertarik dengan pelajaran Biologi
semenjak masih duduk di bangku Aliyah, membuatnya bercita-cita untuk dapat
kuliah pada jurusan yang sama dengan minatnya tersebut. Dengan tekad yang bulat
dan semangat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Munif pun mantap
mendaftarkan diri ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di
Malang. Ternyata, apa yang dicita-citakannya selama di Aliyah menjadi kenyataan
dan akhirnya ia benar-benar dapat diterima pada jurusan Biologi, konsentrasi
mikrobiologi industri selepas lulus dari Attanwir pada tahun 2007.
Setelah berstatus sebagai
mahasiswa, tak jarang ia harus berangkat di pagi hari dan pulang di malam hari
untuk melakukan tugas-tugas praktikumnya. Mulai dari menganalisa objek-objek
penelitian hingga membuat laporan terkait dengan hasil praktikumnya, ia jalani
dengan penuh ketekunan. Berkat kerja kerasnya tersebut, akhirnya ia dapat
menyelesaikan kuliahnya dengan hasil yang cukup memuaskan. Bahkan, selang beberapa
bulan setelah wisuda, ia mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) di kawasan Mojokerto untuk direkrut sebagai Manager
Quality Control Research and Development.
“Gegap gempita sujud syukur saya
panjatkan seketika itu. Akhirnya perjuangan keras saya selama masa-masa kuliah
berbuah manis” katanya.
Putra pertama dari pasangan
Ramelan dan Masrifah ini mengungkapkan masa-masa kuliahnya ia lalui dengan penuh
perjuangan. Bahkan, tak jarang ia harus mengencangkan ikat pinggangnya demi
memenuhi kebutuhan kuliahnya terlebih dahulu. Sementara kebutuhan hidupnya
sendiri, sering kali ia abaikan. Dalam artian, untuk memenuhi hajat hidupnya
seperti makan, ia penuhi ala kadarnya.
“Saat kuliah, saya memiliki
prinsip untuk tidak terlalu membebani orang tua. Karena prisip itulah, mau tak
mau saya harus mencari tambahan uang sendiri sekedar untuk meringankan beban
orang tua saya di kampung halaman” kenangnya.
Demi terus dapat bertahan,
berbagai upaya ia lakukan. Diantaranya ialah dengan mengikuti lelang beberapa
proyek penelitian yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah pada tahun 2011,
dimana salah satunya adalah Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat yang
berhasil dimenangkannya.
“Waktu itu peserta lelang proyek
penelitian ada sekitar 20 – 30 orang mahasiswa, baik dari PTS maupun PTN yang
ada di Malang. Alhamdulillah, proposal yang saya ajukan masuk ke dalam 5 besar”
ujarnya.
Setelah menunggu seminggu
lamanya, akhirnya ia dinyatakan
sebagai pemenang dan dipanggil untuk melakukan tanda tangan proyek
penelitian yang akan dijadikan skripsi. Selama penelitian berlangsung, biaya
kuliah, makan dan kostnya pun ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemerintah.
Selain itu, ia juga sering diminta mahasiswa lain untuk membantu pembuatan
makalah, tugas, translate, analysis dan review jurnal. Sehingga biaya hidup dan perkuliahannya
sedikit banyak dapat terbantu.
Kini, sebagai manager quality control research and development
ia bertugas untuk mengontrol kualitas produk secara berkesinambungan, mulai dari
sumber mata air diperoleh, proses pengolahan produk sampai dengan release
market produk tersebut kepada publik.
Lebih detailnya, pria yang beralamat asli di Desa Mejuwet ini menjelaskan
proses produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus sesuai dengan standar SNI
dan harus masuk uji lab terlebih dahulu untuk diteliti kualitas fisik, bau,
rasa, dan warnanya. Termasuk
juga, senyawa kimia yang ada dalam
air juga tak luput dari pengamatannya, seperti halnya amonium, calsium,
nitrite, nitrat, mangan, boron dan banyak lagi senyawa lainnya.
Ia menambahkan, dalam sebuah industri departemen quality control
secara horisontal berfungsi sebagai penjamin mutu terhadap produk yang
dihasilkan sehigga layak dikonsumsi oleh custommer. secara vertikal
sebagai jembatan penghubung antara SNI, BPOM, YLKI, lembaga sertifikasi produk
lainnya seperti MUI dan ISO
ke industri.
Sementara itu, research and development adalah pusat penelitian dan pengembangan
produk, diversifikasi produk
atau pengembangan dibidang go green. “Research dilakukan secara berkesinambungan untuk meneliti apakah sumber
mata air dan pross sudah sesuai standard yang berlaku di Indonesia
atau belum. Jika belum, maka metode lama harus diganti dengan hasil penelitian
dan pengembangan terkini” ulasnya.
2 comments:
Semoga bermanfaaat
emoh
Post a Comment