Monday, January 6, 2014

Ujian Lisan, Perkuat Mental Siswa dalam Belajar



Akhir November, lingkungan Pondok Pesantren Attanwir terlihat begitu ramai tak seperti biasanya. Para pelajar terlihat hilir mudik dari satu ruang ke ruang lainnya, dari gedung satu ke gedung lainnya. Namun, ada juga yang bergerombol membentuk kumpulan-kumpulan kecil di depan tiap-tiap kelas. Mereka nampak serius dengan buku yang dipegangnya. Ada yang terlihat menghafal, mencoba menerjemahkan dan berbagai kegiatan lain yang berkaitan dengan belajar. Mereka bukannya sedang mendapatkan hukuman dan harus belajar di luar kelas. Bukan pula,karena ruang kelas sedang direnovasi. Akan tetapi, para pelajar tersebut memang tengah menungu giliran masuk untuk diuji oleh masing-masing penguji yang terdiri dari asatidz dan sebagian siswa senior yang biasa disebut dengan Al imtihanus Syafahi (Ujian Lisan).

Menurut Ust. Hamim Sanadi, salah satu guru senior di Attanwir, ujian lisan telah ada sejak MA Islamiyah Attanwir didirikan dengan mengadopsi sistem dari Pondok Pesantren Modern Gontor. Menurut guru yang juga seorang da’i ini,  ujian lisan bertujuan membentuk mental dan keberanian peserta didik agar lebih siap dalam menghadapi ujian tulis.
“Dalam pelaksanaan ujian lisan, kami turut melibatkan sebagian siswa kelas XII untuk membantu para asatidz menguji  siswa. Biasanya mereka diberikan tugas untuk mengujikan materi Al-Qur’an dan Bahasa Inggris pada kelas tujuh dan delapan,” terang Ust. Hadi selaku ketua pelaksana ujian. Pengampu mata pelajaran Bahasa Ingggris ini mengatakan tidak semua siswa kelas XII dilibatkan. Akan tetapi, hanya siswa yang berasal dari program IPA-lah yang dilibatkan dalam ujian tersebut. Sementara itu, siswa yang berada pada program IPS diliburkan, kecuali kelas XII C2 mengingat siswa yang berada pada program IPA hanya ada empat kelas sementara kebutuhan penguji melebihi jumlah tersebut.
Ujian lisan yang dilaksanakan selama lima hari ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Nopember hingga 2 Desember 2013 dengan mekanisme pengujian secara bergilir, satu persatu siswa menghadap kepada masing-masing penguji sesuai nomor urutnya dalam jadwal yang telah ditentukan oleh panitia. Adapun materi yang diujikan adalah sebagai berikut, Bahasa Arab dan Inggris diperutukan bagi siswa kelas IX, X dan XI. Siswa kelas VII dan VIII mendapatkan materi Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Al-qur’an.
“Materi Bahasa Arab mencakup Muhadasah, Qiro’ah, Tarjamah, Mufrodat dan Mahfudhot bagi peserta dari kelas VII dan VIII. Materi ujian kelas IX ada penambahan Muthola’ah, Nahwu dan Shorof. Materi Bahasa Arab untuk kelas X dan XI meliputi Muhaddasah, Muthola’ah, Nahwu, Shorof dan Mufrodat” jelas Ust. Hadi
Alumnus STAI Sunan Giri dan IKIP PGRI Bojonegoro ini menambahkan selain materi Bahasa Arab, juga ada Bahasa Inggris dan Al-qur’an, masing-masing materi mencakup Conversation, Reading, Translation dan Vocabulary untuk Bahasa Inggris. Lingkup materi Al-qur’an meliputi kelancaran baca Al-qur’an, mahkroj, Tajwid dan Fiqih.
Saat ditanya terkait adanya kelas XII yang menguji kelas VII dan VIII, ayah dua anak ini menjelaskan hal tersebut bertujuan untuk memberikan pengalaman serta pembelajaran kepada para siswa Aliyah sebelum mereka lulus.
“Kepanitian antara MTs dan MA tetap ada sendiri-sendiri. Meskipun begitu, kami selalu berkoordinasi mengingat lokasinya yang berdekatan dan sama-sama dalam lingkup satu yayasan,” sambungnya.
Sementara itu, Millatus Sa’adah peserta ujian lisan dari kelas VII A2 mengatakan bahwa dia sempat grogi dan nervous saat hendak memasuki ruang ujian. Baginya, ujian lisan tak ubahnya sesuatu yang menakutkan untuk dihadapi. Meskipun, saat di rumah dia juga selalu belajar semua materi yang akan diujikan.
“Sedikit grogi dan lumayan takut untuk masuk karena ujian ini pengalaman pertama saya ujian lisan, terlebih lagi pengujinya adalah sang guru langsung. Hem, bikin gemeteran rasanya” katanya.
Sedangkan peserta lainnya yang kebetulan dari kelas yang sama, Mahinda Mulya mengatakan dia tidak grogi sama sekali karena sudah terbiasa dengan sistem ujian lisan dan dia pun cukup percaya diri untuk mengikutinya.
“Kebetulan di Madin tempat saya mengaji juga ada ujian lisan, jadi saya sudah terbiasa dengan sistem seperti ini. Apalagi, saya juga sudah belajar semaksimal mungkin. Saya yakin, saya bisa” ucapnya optimis.(red)

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes