Monday, January 6, 2014

Aku dan Kimia




Oleh : Muhibbatul Laili
 

Suasana masuk pertama setelah liburan pagi ini terasa begitu berbeda. Entah karena taman di depan kelas yang terlihat kotor dengan daun-daun kering yang berserakan atau cat dinding kelas yang sudah mulai memudar, atau karena hal lain.
Sesampainya di depan pintu kelas, hawa pengap penuh debu menyambutku. Maklumlah sudah lebih dari seminggu tak pernah dibersihkan oleh penghuninya. Di sudut ruangan itu, terlihat beberapa siswa tengah bergerombol sedang mengerjakan sesuatu dengan bahu masih menenteng tas ransel hitam dan fikiran yang masih bertanya-tanya tentang apa yang mereka kerjakan.
What! Ternyata ada tugas kimia. Parahnya, aku lupa belum mengerjakannya. Pelajaran yang setengah mati aku benci. Apalagi guru berkaca mata itu selalu menunjukku untuk maju mengerjakannya di papan tulis. Seketika itu pula, aku langsung pergi menuju tempat dudukku di baris kedua tak jauh dari pintu masuk.

Di tempat itu, Linlin dan Hinhin telah datang duluan. Mereka terlihat santai tak seperti teman-teman sekelas lainnya yang tengah sibuk mengerjakan tugas.
“Eh Lin, Hin, kalian udah ngerjain tugas Kimia belum?” tanyaku pada mereka.
“Ya udahlah…………”sambar Linlin seketika
Emang kamu belum mengerjakan ya?” imbuh Linlin yang langsung kuja
wab dengan anggukan kepala.
“Eh Lin, Yinyin ndak usah diberikan contekan, biar dikerjakan sendiri! Salahnya sendiri,” sahut Hinhin.
“Jangan gitu dong….! Nanti kalau aku ditunjuk maju ke depan bagaimana? Nanti aku dihukum dong!” sahutku menghiba.
Biarin….”sahut Hinhin Kembali.
Aku langsung membuka buku tugasku dan melihat beberapa soal yang sudah aku tulis.
1. Sebanyak 12,8 gram Naftelena dibakar sempurna dalam Kalorimeter. Massa air di dalamnya 400 gram. Akibat reaksi tersebut suhu air naik dari 45,49 menjadi 30,49 0C. Tentukan Q, untuk pembakaran Naftelena dalam satuan kalori/mol
Untuk menjawabnya, kucari-cari rumusnya di dalam buku cacatanku.
“Yes, ketemu” pekikku
Lalu, langsung saja aku kerjakan, tapi setelah aku cocokkan dengan jawaban Linlin dan Hinhin ternyata jawabanku tidaklah sama dengan mereka. Jawabanku bernilai 2000, sementara jawaban mereka berdua bernilai 20.000
“Dapat tambahan 0 dari mana ya?” gerutuku dalam hati.
Karena penasaran, akhirnya kutanyakan pada mereka bagaimana caranya mereka mendapat hasil akhir 20.000. Akan tetapi, mereka malah ngobrol seru seolah-olah tak mendengarkan apa yang aku tanyakan.
“Tet…..tet……tet……” bel masuk telah dibunyikan pertanda bahwa pelajaran pertama hendak dimulai. Aku semakin gelisah. Ditambah lagi guru berkaca mata itu sudah terlihat dari jendela ruang kelasku.
“Selamat pagi anak-anak,” sapanya hendak memulai pelajaran membuat jatungku berdetak kencang serasa hendak copot meloncat keluar.
“Rinrin, maju dan kerjakan tugas yang bapak berikan kemarin,” perintah guru berkaca mata itu kepada salah satu temanku.
“Huft……untungnya bukan aku yang ditunjuknya” gumamku dalam hati.
Ternyata jawaban Rinrin salah, untuk sementara dia berdiri di depan kelas
“Yinyin, maju!” perintahnya mengagetkanku.
Aku terdiam sebentar. Kucoba mengatur nafasku yang mulai terasa berat. Lalu, kuberanikan diri maju memenuhi perintah guru tersebut. Kutulis dulu rumusnya, q = m.c.    T , q = 400.1.5=2000.
“Masih salah” kata guru berkaca mata itu.
Aku bingung, dimana letak kesalahannya.
“Sebenarnya, jawabanmu sudah mendekati, tinggal dibagi dengan mol metafena saja.
“Maaf pak, saya kurang tahun bagaimana rumusnya,” kataku terus terang.
Akhirnya, setelah berpikir lumayan lama, dapat juga aku menyelesaikan tugas tersebut.
q = m.c.    T , q =400.1.5=2000
mol = 12,8 / 12,8 =0,1
q = 2000/0,1 = 20.000
“Ya, itu baru betul,” kata pak guru.
“Heeeeeeem, selamat juga aku hari ini” desisku pelan.


0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes