Monday, March 17, 2014

Ifrochah Sukses Merintis Usaha dari Nol Hingga Bisa Membeli Rumah


Berbekal uang tiga juta rupiah yang ia kumpulkan dari gajinya semasa masih bekerja di Surabaya  sebagai pembantu rumah tangga (PRT) delapan tahun silam, Ifrochah atau biasa dipanggil dengan sebutan Iif ini, kini sukses mengembangkan usaha prancangan (bumbu dapur) dan mainan miliknya yang berlokasi di dalam pasar Sumberrejo. Dari dua kios yang telah dikelolanya tersebut, satu diantaranya telah resmi menjadi miliknya pribadi sementara satu lainnya masih berstatus kontrak yang mana lokasinya saling berhadap-hadapan dengan nomor kios A-133 dan A-294 di lantai dasar pasar Sumberrejo.

Alumni Attanwir tahun 2002 ini mulai merintis usahanya tersebut semenjak tahun 2006, tepatnya setelah ia menikah dengan Ahmad Hasanuri, lelaki yang hingga saat ini masih setia mendampinginya dalam suka maupun duka. Wanita berparas cantik ini bercerita, saat itu beberapa bulan setelah menikah, suami yang amat dicintainya tersebut tak kunjung juga mendapat pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Akhirnya, berbekal uang tabungan yang telah ia kumpulkan selama menjadi pembantu rumah tangga (PRT) di Surabaya itu ia gunakan sebagai modal awal suaminya untuk berjualan. 


Setelah berpikir keras tentang usaha apa yang hendak dijalankan dengan modal yang terbatas itu, akhirnya mereka sepakat untuk berjualan mainan anak-anak yang akan suaminya jajakan secara berkeliling ke sekolah-sekolah sekitar tempat tinggalnya di kawasan Sumberrejo dan sekitarnya. Sementara, Ifrochah sendiri berjualan prancangan (bumbu dapur) dengan menyewa sebuah kios mungil berukuran 2 x 1,5 M yang ia sewa dari pengelola pasar Sumberrejo sebelum akhirnya tempat tersebut resmi menjadi miliknya. 


“Sejak kecil, saya sudah mulai mandiri dan tidak ingin terlalu merepotkan kedua orang tua saya yang notabanenya hanyalah buruh tani dengan penghasilan yang tidak seberapa. Terlebih lagi, kami adalah keluarga besar dimana saya adalah anak kedua dari tujuh orang saudara. Bisa dibayangkan, bagaimana susahnya hidup kami saat itu” akunya.

Melihat kondisi keluarganya seperti itu, sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, dia sudah belajar mencari uang sendiri demi meringankan beban keluarganya. Satu diantaranya adalah dengan bekerja sebagai karyawan pembuat kerupuk di industri rumahan milik tetangganya semasa masih tinggal bersama orang tuanya di Desa Bulu. Setelah itu, ia memutuskan untuk ikut bibinya berjualan sembako di pasar Sumberrejo sampai lulus Aliyah. Pekerjaan tersebut ia lakukan sebelum berangkat dan selepas pulang sekolah. Selebihnya, waktu yang ada ia gunakan untuk membantu pekerjaan bibinya di rumah.

Lulus Aliyah, ia mencoba peruntungan dengan merantau ke Surabaya. Akan tetapi, bukannya mendapat pekerjaan yang lebih layak, dia malah menjadi pembantu rumah tangga yang hanya mampu dilakoninya selama 6 bulan saja. Karena tak betah bekerja dengan orang lain dan jauh dari rumah, akhirnya ia putuskan kembali ke kampung halamannya dan bekerja kembali dengan bibinya sampai ia menikah dengan pria pilihan hatinya, Ahmad Hasanuri.


Dari sinilah titik hidupnya perlahan mulai berubah, mau tidak mau dia dan suaminya harus memiliki pekerjaan tetap untuk menopang kelangsungan hidup mereka , hingga akhirnya terbesitlah keinginan untuk memiliki usaha sendiri. Dengan modal 3 juta hasil tabungannya tersebut, akhirnya ia bagi dua dengan suaminya. Suaminya berjualan mainan, sementara dia berjualan bumbu dapur sesuai dengan pengalamannya semasa masih ikut dengan bibinya berjualan sembako di pasar.

“Alhamdulillah, mulai saat itu kami sudah memiliki penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari” kenangnya haru.

Tak lama setelah ia membuka usaha prancangannya, kebetulan ada kios yang hendak disewakan dan tepat berada di depan kios tempatnya berjualan bumbu dapur. Secepat kilat insting bisnisnya berkata bahwa dia harus menyewa tempat tersebut. Akhirnya benar, kios tersebut segera disambarnya (baca : disewa) untuk ditempati  menyetok mainan yang hendak dijajakan oleh suaminya secara berkeliling. Praktis sejak saat itu, ia mulai mengelola dua kios, sementara suaminya tetap berjualan dengan sistem jemput bola alias berkeliling ke tempat-tempat strategis, layaknya sekolah-sekolah dasar dimana anak-anak kecil belajar.

Dalam berbisnis, tentunya ada saja kendala yang ia dapatkan, salah satunya adalah mulai menjamurnya agen-agen mainan yang kini ada dimana-mana. Untuk mengatasi hal tersebut, dia dan suaminya memiliki kiat khusus agar barang dagangannya tetap laku. Solusinya adalah menjual barang dagangannya lebih murah, sehingga barang yang lakupun akan semakin banyak meskipun keuntungan yang didapatkan dari tiap barangnya tidaklah terlalu besar. Meskipun murah, bukan berarti menjatuhkan harga barang di pasaran. Akan tetapi, menjual dengan margin keuntungan yang tidak terlalu besar dari harga pokoknya. 

“Untuk mempertahankan pelanggan lama dan menggaet pelanggan baru, kami mematok harga yang sewajarnya saja. Asal sudah ada keuntungan sedikit, menurut kami itu sudah cukup dari pada mengambil untung besar tapi barang lama lakunya” ungkapnya.

Ternyata benar, dengan sistem seperti itu usahanya tetap mampu bertahan di tengah derasnya persaingan bisnis mainan anak-anak akhir-akhir ini. Kini, berkat ketekunannya berjualan bumbu dapur dan mainan anak-anak tersebut, dia dan suaminya telah mampu membeli sebuah rumah sederhana berukuran 7 x 12 M seharga 50 juta yang ia dan suaminya bayar secara bertahap sampai akhirnya dapat terbayar lunas dan resmi menjadi miliknya

Merasa telah bisa hidup mandiri, ia pun tak melupakan kehidupan para saudaranya. Bahkan, dari dulu ia selalu berusaha untuk bisa membantu adik-adiknya agar bisa tetap bersekolah, minimal sampai jenjang Sekolah Menengah Atas atau sederajat. “Saya berprinsip, jangan pernah sampai membebani kehidupan orang tua. Kalau bisa, sedapat mungkin saya harus sanggup meringankan beban orang tua” katanya serius.

Kini, masih ada beberapa impiannya yang belum dapat terealisasi. Salah satunya adalah membeli kios tempatnya berjualan mainan secara permanen tanpa harus mengontraknya lagi.



1 comments:

mas awang said...

Semoga dapat menginspirasi

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes