Monday, January 27, 2014

Usman Roin, Kolumnis Media Massa Lokal dan Nasional

Penulis hebat tidak terlahir secara alami. Penulis hebat lahir dari proses latihan menulis secara terus menerus hingga akhirnya menjadi sebuah perilaku atau kebiasaan. Seperti halnya apa yang dilakukan oleh alumni MA Islamiyah Attanwir tahun 2000, Usman Ro’in. Kini tulisannya telah banyak tersebar di berbagai media massa baik lokal dan nasional.

Siapapun yang mengenalnya sewaktu masih belajar di Attanwir, tentu tidak mengira bahwa Usman Ro’in akan menjadi seorang penulis. Sebab, waktu itu teman-teman seangkatannya hanya mengenal Usman sebagai sosok yang biasa-biasa saja. Tidak ada sesuatu yang sangat menonjol dari pria yang baru saja melepas masa lajangnya pada bulan Oktober 2013 kemarin. Hal tersebut terjadi lantaran kegiatan menulisnya baru dimulai saat dia melanjutkan studinya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Moch. Ni'am Dari Pasuska Sampai Kopassus

Siapa bilang alumni madrasah hanya akan menjadi seorang kyai ataupun guru agama. Lebih dari itu, alumni madrasah juga memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi apapun yang mereka kehendaki apabila ada tekad dan kemauan untuk meraihnya. Salah satunya adalah Moch. Ni’am, Alumni MA Islamiyah Attanwir tahun 2008 yang kini telah meraih impiannya untuk menjadi seorang tentara.

Mengawali pendidikan militernya pada April 2009, Moch. Ni’am atau biasa dipanggil I’am kini telah menjadi seorang TNI. Profesi tersebut memang telah dicita-citakannya semenjak kecil saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Karena cita-citanya tersebut, tak urung membuatnya selalu tertarik dengan hal-hal yang ada kaitannya dengan militer. Mulai dari baju loreng khas tentara, sangkur dan senjata api mainan hingga potongan rambutnya yang tidak pernah berubah dari model potongan rambut seorang prajurit. 

Thursday, January 9, 2014




Download Majalah

Monday, January 6, 2014

Indahnya Belajar Seni Kaligrafi



Bermodalkan selembar kertas lebar dan tebal, serta beberapa peralatan lukis lainnya seperti kuas dan cat air, sebanyak 180 siswa tengah belajar membuat kaligrafi. Mereka begitu tekun dan teliti mempelajari berbagai macam materi dan teori yang diajarkan oleh para tutornya, seperti halnya menulis indah huruf arab (Al-Khot), membuat ornamen serta melukis yang selama ini juga menjadi program unggulan MA Islamiyah Attanwir di bidang ekstrakuler beberapa pekan lalu.
Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh pihak madrasah guna mengisi waktu libur siswa. Selain kaligrafi, ada tiga kegiatan lainnya yang juga dilaksanakan dengan waktu yang hampir bersamaan. Di antaranya yakni, TOT Palang Merah Remaja (PMR), KMD Pramuka, dan Diklat Tata Boga.

Dindik Bina Guru MA/MAN Se-Jatim



Ust. Imam saat mengikuti pelatihan di UPT-PPPK Surabaya
SURABAYA—Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur membina para guru. Sebanyak 200 guru nonkejuruan dilatih ketrampilan di UPT Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kejuruan (PPPK).
Selama sepekan penuh, MA Islamiyah Attanwir yang diwakili oleh Munawar dan Imam Habib Abdullah mengikuti Diklat Ketrampilan bagi guru ketrampilan nonkejuruan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur di gedung UPT. PPPK, Jl. Prof. Moch. Yamin No.25 Kampus UNESA Ketintang, Surabaya, Ahad-Sabtu (17-23/11/13).
Pelatihan yang baru pertama kali diselenggarakan untuk guru ketrampilan nonkejuruan dari MA/MAN se-Jawa Timur ini terbagi menjadi sepuluh kompetensi bidang pengajaran, yakni, Teknis Las, Robotika, Teknik Audio, Overhoul sepeda Motor, Tune Up dan Kelistrikan Sepeda Motor, TataBusana (Membatik), Tata Boga (Aneka Kue), Teknisi Komputer, Desain Grafis dan Ekonomi Koperasi. Dari kesepuluh kompetensi ketrampilan yang diajarkan tersebut, MA Attanwir mendapatkan kesempatan untuk belajar desain grafis bersama 18 orang peserta lainnya dari seluruh penjuru Jawa Timur.

Imronah Nur Latifah, Penulis Novel "Samudra Kesetian"



Menulis itu menyenangkan. Terlebih lagi, kalau tulisan itu berhasil diterbitkan dan dijadikan sebuah buku ataupun novel sehingga dapat dinikmati masyarakat, pastilah akan sangat membanggakan.
Begitulah kiranya apa yang dirasakan alumni Attanwir yang satu ini. Berawal dari hobinya menulis semenjak masih duduk di bangku MTs. Kini, apa yang ia cita-citakan sewaktu masih sekolah dulu akhirnya benar-benar menjadi kenyataan.  Novel pertamanya berhasil terbit dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi dirinya, mengingat bagaimana perjuangannya selama menulis karya tersebut bisa dikatakan sangat berliku dan penuh dengan rintangan.
Imronah Nur Latifah, alumni MA Islamiyah Attanwir tahun 2007 ini benar-benar tahu apa yang menjadi impiannya dan bagaimana cara merealisasikannya. Berbagai macam upaya ia lakukan agar tulisannya tidak hanya menjadi koleksinya pribadi. Akan tetapi, lebih dari itu karya-karyanya dapat pula dinikmati oleh orang lain dalam bentuk cetak dan diterbitkan oleh penerbit.

M. Afifuddin Alumni Attanwir Menangkan Kontes Logo UINSA Surabaya



Berbekal pengalamannya saat mengikuti ekstrakurikuler kaligrafi semasa di Aliyah dulu, alumni MAI Attanwir yang satu ini berhasil memenangkan kontes logo UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya) atau yang dulu lebih dikenal dengan nama IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ketertarikannya dalam dunia desain grafis sebenarnya telah muncul saat dia masih belajar di bangku Madrasah Aliyah Islamiyah Attanwir, Talun, Sumberrejo, Bojonegoro. Karena prestasinya itulah, kini namanya akan selalu dikenang sebagai seseorang pencipta logo salah satu universitas ternama di Indonesia, yakni UINSA Surabaya.
Alumni Attanwir yang satu ini asli kelahiran Bojonegoro, lebih tepatnya Desa Suwaloh Kecamatan Balen. Siapa lagi kalau bukan Moh. Afifuddin Zuhri, lajang tampan yang kini sedang menempuh program pascasarjananya pada jurusan syari’ah di UINSA Surabaya ini mendapatkan ilmu desain grafis secara otodidak, baik dari buku-buku desain grafis, video tutorial yang ada dii situs youtube maupun dari kawan- kawannya dari komunitas desain grafis yang ia ikuti. “Awalnya, saya sempat kesulitan saat baru pertama kali terjun dalam bidang ini, hingga akhirnya saya berhasil menemukan sebuah komunitas desain grafis yang dapat saya jadikan rujukan untuk bertanya segala hal terkait dengan dunia desain,” jelasnya kepada redaksi Majalah Mumtaz.

ALC Cetak Siswa Mahir Berbahasa


Siang itu, para siswa nampak melafalkan kata-kata dan kalimat Bahasa Inggris yang diucapkan oleh tutornya. Mereka begitu antusias dan semangat dalam berlatih mengucapkan bahasa internasional tersebut. Tak jarang sesekali juga terdengar riuh gelak tawa mereka saat mendengar beberapa temannya yang belum mampu mengucapkan kata-kata tersebut secara benar sehingga terdengar aneh dan lucu bagi siapa saja yang mendengarkannya. Meski begitu, para siswa yang belum fasih mengucapkan kata atau kalimat bahasa Inggris tersebut tidak merasa malu. Bahkan, mereka terus mencoba kata atau kalimat tersebut sampai benar-benar bisa dilafalkan secara sempurna.
Begitulah salah satu rutinitas kegiatan yang dilakukan oleh para siswa  yang tergabung dalam Attanwir Language Centre (ALC) bahasa Inggris. Mereka dididik kemampuan bahasa Inggrisnya oleh para tutor yang terdiri dari Imam Ekwanto dan Andik Wahyudi serta beberapa anggota senior.

Aku dan Kimia




Oleh : Muhibbatul Laili
 

Suasana masuk pertama setelah liburan pagi ini terasa begitu berbeda. Entah karena taman di depan kelas yang terlihat kotor dengan daun-daun kering yang berserakan atau cat dinding kelas yang sudah mulai memudar, atau karena hal lain.
Sesampainya di depan pintu kelas, hawa pengap penuh debu menyambutku. Maklumlah sudah lebih dari seminggu tak pernah dibersihkan oleh penghuninya. Di sudut ruangan itu, terlihat beberapa siswa tengah bergerombol sedang mengerjakan sesuatu dengan bahu masih menenteng tas ransel hitam dan fikiran yang masih bertanya-tanya tentang apa yang mereka kerjakan.
What! Ternyata ada tugas kimia. Parahnya, aku lupa belum mengerjakannya. Pelajaran yang setengah mati aku benci. Apalagi guru berkaca mata itu selalu menunjukku untuk maju mengerjakannya di papan tulis. Seketika itu pula, aku langsung pergi menuju tempat dudukku di baris kedua tak jauh dari pintu masuk.

Serunya TOT Palang Merah Remaja Attanwir



Wajah-wajah riang tampak tergambar dari para anggota Palang Merah Remaja (PMR) MA Islamiyah Attanwir. Mereka terlihat begitu antusias mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepalangmerahan Spesialisasi Pertolongan Pertama (PP) yang diselenggarakan selama 4 hari di Aula madrasah setempat, Kamis-Ahad (19-22/12/13).
Pelatihan yang diselenggarakan untuk mengisi liburan semester itu diikuti oleh 135 orang peserta yang terdiri dari 90 orang siswi dan 45 orang siswa kelas XI MA Islamiyah Attanwir. Mereka dididik dengan berbagai ketrampilan terkait dengan pertolongan pertama pada kor ban bencana maupun kecelakaan.

Nikmatnya Belajar Kuliner



Heeeeem…., aneka kue nampak lezat untuk disantap. Warna dan aromanya begitu menggoda bagi siapa saja yang melihatnya. Kue-kue basah tersebut bukanlah buatan para chef professional. Akan tetapi, kue-kue tersebut merupakan hasil olahan para siswi yang tengah belajar membuat aneka macam kuliner kue basah yang biasa dijajakan di pasar-pasar tradisional. Di antaranya seperti kue kukus gula merah, bronies kukus, bolu kukus, putu ayu, pukis dan wingko.
Tutor pelatihan, Nyoya Latri mengatakan sangat senang bisa berbagi ilmu dengan para siswi. Dia berharap apa yang telah diajarkannya dapat dikembangkan lagi oleh para peserta saat di rumah sehingga apa yang telah mereka pelajari selama kursus tidak sia-sia.

KMD Attanwir, Fantastik!



Dalam rangka mengisi libur semester, Gugus depan Pramuka MA Islamiyah Attanwir melaksanakan Kursus Mahir Dasar (KMD) bagi Pembina pramuka bekerja sama dengan Gerakan Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Bojonegoro dan bertempat di halaman madrasah setempat, beberapa pekan yang lalu. Kegiatan yang dibuka langsung oleh ketua Kwarcab Bojonegoro, Drs. H. Hanafi, MM ini diikuti oleh 102 orang peserta yang terdiri dari kelas XI dan XII MA Islamiyah Attanwir.
Dalam sambutannya, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bangkesbangpol dan Linmas Bojonegoro ini mengatakan pramuka adalah kegiatan yang sangat positif bagi seluruh kalangan, terutama bagi pelajar karena dalam Pramuka akan terbentuk sebuah mental yang berkarakter. “Di Pramuka, kita diajari disiplin, tegas, tak mudah menyerah dan bertanggungjawab” terangnya.

Lomba P4B Attanwir Ramai Peserta



Tak sembarang orang berani tampil di depan umum, apalagi berpidato dengan beragam bahasa. Akan tetapi, hal tersebut mampu dilakukan  oleh para pelajar tingkat MTs/SMP dan MA/SMA dari berbagai madrasah dan sekolah yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Mereka terlihat begitu percaya diri saat berbicara dalam berbagai bahasa pada lomba Pidato Empat Bahasa (LP4B) yang diselenggarakan oleh Persatuan Pengurus Madrasah (PPM) MA Islamiyah Attanwir, Talun, Sumberrejo, Bojonegoro yang bertempat di aula madrasah setempat, Ahad (17/11/13).

Pemimpin Itu Amanah dan Harus Ikhlas



Penampilannya kalem, tapi siapa yang menyangka gadis manis kelahiran 17 tahun silam ini adalah seorang ketua PPM (Persatuan Pelajar Madrasah) di MA Islamiyah Attanwir Talun, Sumberrejo, Bojonegoro periode 2013 – 2014. Lutfi, begitu panggilan akrabnya, putri sulung dari pasangan Nur Hadi dan Siti Khotimah ini lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan madrasah. Bahkan, terkadang tak jarang dia harus menginap di madrasah apabila sedang ada kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak Madrasah maupun oleh PPM sendiri. Begitulah rutinitasnya sehari-sehari, selain menjadi seorang siswi yang sedang menempuh pendidikan di jenjang Madrasah Aliyah, di lain kesempatan dia juga harus menjadi pemimpin di organisasi intra madrasah yang kini sedang diembannya.

Menengok Sisi Unik Pelaksanaan UAS di Attanwir



Memasuki bulan keenam semester ganjil 2013-2014, seluruh lembaga pendidikan baik negerii maupun swasta tengah sibuk melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS), tak terkecuali MTs dan MA Islamiyah Attanwir yang juga melakukan hal serupa. Tapi tak seperti lembaga pendidikan pada umumnya, di Attanwir proses ujian dilaksanakan lebih lama serta dengan sistem pelaksanaan ujian yang agak berbeda. Kalau di madrasah lain, rata-rata pelaksanaan ujian hanya seminggu sedang kan di Attanwir pelaksanaan UAS bisa sampai setengah bulan. Hal itu terjadi lantaran MTs dan MA Islamiyah Attanwir menerapkan sistem ujian lisan (Al Imtihanus Syafahi) bagi para peserta didiknya  sebagai syarat yang harus dipenuhi sebelum mereka mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) serta menambahkan beberapa muatan lokal yang turut diujikan di dalam UAS.

Ujian Lisan, Perkuat Mental Siswa dalam Belajar



Akhir November, lingkungan Pondok Pesantren Attanwir terlihat begitu ramai tak seperti biasanya. Para pelajar terlihat hilir mudik dari satu ruang ke ruang lainnya, dari gedung satu ke gedung lainnya. Namun, ada juga yang bergerombol membentuk kumpulan-kumpulan kecil di depan tiap-tiap kelas. Mereka nampak serius dengan buku yang dipegangnya. Ada yang terlihat menghafal, mencoba menerjemahkan dan berbagai kegiatan lain yang berkaitan dengan belajar. Mereka bukannya sedang mendapatkan hukuman dan harus belajar di luar kelas. Bukan pula,karena ruang kelas sedang direnovasi. Akan tetapi, para pelajar tersebut memang tengah menungu giliran masuk untuk diuji oleh masing-masing penguji yang terdiri dari asatidz dan sebagian siswa senior yang biasa disebut dengan Al imtihanus Syafahi (Ujian Lisan).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes