Monday, April 28, 2014

Miftachul Munif Manager Quality Control Research and Development



Segelas atau sebotol air mineral dalam kemasan (AMDK) tidak begitu saja disajikan langsung dari sumber mata airnya. Akan tetapi, ada proses dan tahapan tertentu yang harus dilakukan sehingga produk tersebut layak dikonsumsi oleh masyarakat. Lalu, apa saja proses yang harus dilalui dan siapa yang bertanggungjawab atas hal tersebut? Berikut profil singkat Miftachul Munif, alumni Attanwir tahun 2007 yang bekerja di salah satu perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Tertarik dengan pelajaran Biologi semenjak masih duduk di bangku Aliyah, membuatnya bercita-cita untuk dapat kuliah pada jurusan yang sama dengan minatnya tersebut. Dengan tekad yang bulat dan semangat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Munif pun mantap mendaftarkan diri ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di Malang. Ternyata, apa yang dicita-citakannya selama di Aliyah menjadi kenyataan dan akhirnya ia benar-benar dapat diterima pada jurusan Biologi, konsentrasi mikrobiologi industri selepas lulus dari Attanwir pada tahun 2007.


Setelah berstatus sebagai mahasiswa, tak jarang ia harus berangkat di pagi hari dan pulang di malam hari untuk melakukan tugas-tugas praktikumnya. Mulai dari menganalisa objek-objek penelitian hingga membuat laporan terkait dengan hasil praktikumnya, ia jalani dengan penuh ketekunan. Berkat kerja kerasnya tersebut, akhirnya ia dapat menyelesaikan kuliahnya dengan hasil yang cukup memuaskan. Bahkan, selang beberapa bulan setelah wisuda, ia mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di kawasan Mojokerto untuk direkrut sebagai Manager Quality Control Research and Development.
 
“Gegap gempita sujud syukur saya panjatkan seketika itu. Akhirnya perjuangan keras saya selama masa-masa kuliah berbuah manis” katanya.
Putra pertama dari pasangan Ramelan dan Masrifah ini mengungkapkan masa-masa kuliahnya ia lalui dengan penuh perjuangan. Bahkan, tak jarang ia harus mengencangkan ikat pinggangnya demi memenuhi kebutuhan kuliahnya terlebih dahulu. Sementara kebutuhan hidupnya sendiri, sering kali ia abaikan. Dalam artian, untuk memenuhi hajat hidupnya seperti makan, ia penuhi ala kadarnya. 

“Saat kuliah, saya memiliki prinsip untuk tidak terlalu membebani orang tua. Karena prisip itulah, mau tak mau saya harus mencari tambahan uang sendiri sekedar untuk meringankan beban orang tua saya di kampung halaman” kenangnya.
Demi terus dapat bertahan, berbagai upaya ia lakukan. Diantaranya ialah dengan mengikuti lelang beberapa proyek penelitian yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah pada tahun 2011, dimana salah satunya adalah Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat yang berhasil dimenangkannya.

“Waktu itu peserta lelang proyek penelitian ada sekitar 20 – 30 orang mahasiswa, baik dari PTS maupun PTN yang ada di Malang. Alhamdulillah, proposal yang saya ajukan masuk ke dalam 5 besar” ujarnya.
Setelah menunggu seminggu lamanya, akhirnya ia dinyatakan sebagai pemenang dan dipanggil untuk melakukan tanda tangan proyek penelitian yang akan dijadikan skripsi. Selama penelitian berlangsung, biaya kuliah, makan dan kostnya pun ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemerintah. Selain itu, ia juga sering diminta  mahasiswa lain untuk membantu pembuatan makalah, tugas, translate, analysis dan review jurnal. Sehingga biaya hidup dan perkuliahannya sedikit banyak dapat terbantu.

Kini, sebagai manager quality control research and development ia bertugas untuk mengontrol kualitas produk secara berkesinambungan, mulai dari sumber mata air diperoleh, proses pengolahan produk sampai dengan release market produk tersebut kepada publik.

Lebih detailnya, pria yang beralamat asli di Desa Mejuwet ini menjelaskan proses produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus sesuai dengan standar SNI dan harus masuk uji lab terlebih dahulu untuk diteliti kualitas fisik, bau, rasa, dan warnanya. Termasuk juga, senyawa kimia yang ada dalam air juga tak luput dari pengamatannya, seperti halnya amonium, calsium, nitrite, nitrat, mangan, boron dan banyak lagi senyawa lainnya.
Ia menambahkan, dalam sebuah industri departemen quality control secara horisontal berfungsi sebagai penjamin mutu terhadap produk yang dihasilkan sehigga layak dikonsumsi oleh custommer. secara vertikal sebagai jembatan penghubung antara SNI, BPOM, YLKI, lembaga sertifikasi produk lainnya seperti MUI dan ISO ke industri. 

Sementara itu, research and development adalah pusat penelitian dan pengembangan produk, diversifikasi produk atau pengembangan dibidang go green. “Research dilakukan secara berkesinambungan untuk meneliti apakah sumber mata air dan pross sudah sesuai standard yang berlaku di Indonesia atau belum. Jika belum, maka metode lama harus diganti dengan hasil penelitian dan pengembangan terkini” ulasnya.

2 comments:

mas awang said...

Semoga bermanfaaat

coba coba said...

emoh

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes